Adaptasi


Pelajaran yang menarik dari kelas biologi di Sekolah Menengah dulu adalah penyesuaian diri, adaptasi. Proses penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungan disekitarnya. Pelajaran ini menggambarkan bagaimana hewan-hewan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya yakni dengan melakukan perubahan diri yang menguntungkan kelangsungan hidup mereka. Pada kenyataannya spesies yang tidak sanggup menyesuaikan diri akan punah. Kepunahan merupakan kata mengerikan, karena bagaimanapun setiap spesies menginginkan kelanggengan generasi mereka.

Adaptasi dunia kerja, adaptasi kehidupan di lingkungan baru, kota baru dan masyarakat dengan budaya yang baru. Segalanya seringkali terasa memberatkan pada awalnya. Namun seiring berjalannya waktu kebiasaan-kebiasaan di lingkungan baru itu mulai menjadi bagian dari kita. Tidak peduli betapa sebuah budaya baru yang pada awalnya menurut kita adalah sesuatu yang asing, mau tidak mau harus menghadapi penyesuaian dengan budaya yang sudah melekat secara pribadi, yang kita bawa dari tempat sebelumnya. Lingkungan baru adalah magnet dengan pusaran kuat yang menarik energi kita ke dalam dirinya. Kebiasaan lama adalah magnet kecil lainnya yang bersikukuh untuk mempertahankan diri. Kekuatan kedua magnet ini lah yang mencerminkan adaptasi, seberapa besar kemampuan diri kita untuk menyesuaikan dengan keadaan lingkungan seringkali digambarkan dengan seberapa besar kita mampu menerima kebiasaan di lingkungan baru. Tapi apakah adaptasi hanyalah sebuah proses satu arah?

Sebagian orang bertahan dengan kepercayaan leluhur mereka. Orang-orang yang hidup dan tinggal di negeri lain masih mencoba mempertahankan bahasa dan kultur yang dianut nenek moyang mereka. Seberapa besar kultur dan budaya yang dipegang itu mampu bertahan terhadap budaya baru di negeri asing adalah hal lainnya. Namun pada kenyataannya proses adaptasi, penyesuaian diri tidak dapat disamakan dengan proses pemakluman kebiasaan baru di negeri baru, pun tidak bisa disamakan dengan proses perubahan diri mengikuti metoda dan cara-cara di negeri baru tersebut. Toh setiap individu memiliki kekuatan pribadi, sebuah egoisme yang berdiri di atas kepercayaan yang teguh pada prinsip yang mereka anut sendiri. Inilah mungkin yang membatasi ‘adaptasi’ dengan apa yang dinamakan sebuah ‘prinsip’.
 
Butuh beberapa waktu untuk merasa nyaman hidup dalam sebuah lingkungan dan masyarakat baru. Tapi apakah rasa nyaman yang kemudian muncul ini berarti titik penyesuaian diri tersebut telah tercapai? Apakah rasa nyaman di lingkungan baru dan sebaliknya lingkungan tersebut menerima dan merasa dengan nyaman dengan kita, ini menandakan bahwa titik penyesuaian tersebut telah terpenuhi? Ataukah perasaan nyaman ini dibangun dari kesadaran bahwa dalam beberapa hal kita yang berasal dari lingkungan lama, menemukan beberapa persamaan dengan lingkungan baru tersebut? Karena dengan menyadari adanya banyak kesamaan seringkali menimbulkan sebuah hubungan erat, semacam persaudaraan kuat yang tak terlihat. Akan tetapi darimana kesamaan-kesamaan ini terbangun? Apakah kita telah diubah oleh lingkungan sekitar kita, sehingga menganggap kebiasaan asing dan aneh itu menjadi sesuatu yang wajar, atau tanpa disadari kita sendiri justru telah membawa sebuah kebiasaan baru yang perlahan-lahan hingga titik tertentu telah mengubah kebiasaan lama di tempat yang baru tersebut? Lantas seberapa jauh lingkungan baru telah mengubah kita dan seberapa besar kita telah mengubah lingkungan tersebut? 

Mungkin ada baiknya kita mengukur kembali titik awal perjalanan ini dimulai dan melihat sejauh mana perubahan itu mampu memberikan dampak yang lebih baik. Karena jika tidak, bisa saja adaptasi tak lebih dari sebuah sistem alam dalam mengelompokkan spesies dengan sifat yang sama. Dan sifat yang terkuat lah yang akan memenangkan tempat, tak peduli seberapa baik atau buruknya sifat-sifat tersebut.
                                                                                                                               
                                                                                                                                Jambi, 17 Maret 2011

Posted in Label: , |

0 komentar:

Oleh2 Khas Minang

Oleh2 Khas Minang
Rendang Telur, Rp.45.000/kemasan isi 0,5 kg. CP:Widia (08982605727/08126795642)